UTS MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

 Nama : Ayu Wandira 

Kelas  : 3EA09

NPM  : 11219217


                                                          Dampak Pandemi Covid terhadap MSDM

      Bulan Maret 2020, WHO mengumumkan bahwa dunia sedang menghadapi suatu pandemi yang disebut dengan Corona Virus Infectious Disease 2019 atau COVID-19(Li et al., 2020). Pandemi COVID-19 berawal dari wabah pneumonia yang terjadi di Kota Wuhan,Provinsi Hubei, Cina di awal bulan Desember 2019. Wabah tersebut terjadi di sebuah kluster pasar yang menjual berbagai jenis daging binatang. Wabah tersebut diduga berasal dari daging salah satu binatang yang dijual di pasar tersebut dan menginfeksi sebagian orang yang berada di pasar tersebut. Setelah diteliti, virus tersebut telah menyebar hingga negara lain. Penyebaran COVID-19 terjadi sangat cepat hingga pada akhir 2020. Hingga Oktober 2020, pandemi COVID-19 sudah terjadi di lebih dari 200 negara dengan tingkat kefatalan yang berbeda (WHO, 2020). Oleh WHO, pandemi COVID19 dianggap berbahaya karena jumlah kasus yang sangat banyak serta tingkat kematian yang cukup tinggi. Hingga bulan Oktober 2020, jumlah kasus positif COVID-19 di seluruh dunia telah mencapai 37 juta kasus dengan kematian mencapai 1 juta orang (WHO, 2020).  

    Media utama penularan virus SARS-Cov2 adalah droplet yang dapat dengan mudah tersebar ketika manusia berinteraksi secara langsung dengan jarak tertentu. Pada awal penyebarannya, rata-rata daya transmisi virus tersebut masih cukup rendah, yaitu sekitar 2,2 (Sun et al., 2020). Namun dalam perkembangannya, virus SARS-Cov-2 mengalami mutasi sehingga muncul beberapa varian virus baru yang memiliki kemampuan penularan lebih tinggi, seperti yang terjadi di Inggris, Afrika Selatan, Brazil, dan India (van Oosterhout et al., 2021).

    Pandemi COVID-19 berkembang secara cepat sehingga banyak negara yang tidak siap untuk melakukan adaptasi. Sejak awal, WHO telah menyarankan untuk memfokuskan penanganan pandemi pada aspek kesehatan dengan menerapkan isolasi wilayah dan pelarangan aktivitas yang melibatkan kerumunan. Namun demikian, bagi beberapa negara hal tersebut tidak dilakukan karena meragukan pandemi COVID-19 akan berlangsung untuk waktu yang cukup lama (Setiati & Azwar, 2020).    

    Indonesia merupakan salah satu negara yang dinilai memberikan respon lambat dalam penangan pandemi COVID-19. Beberapa negara di Asia Tenggara seperti Vietnam dan Singapura melakukan pemeriksaan secara masif dan melaksanakan lockdown secara ketat untuk mendeteksi dan mencegah penularan COVID19. Sebagai hasilnya, negara tersebut dapat mengontrol laju penyebaran COVID-19 dan memiliki tingkat kematian yang rendah (Fauzi & Paiman, 2020). Di Indonesia, kasus pertama COVID-19 terjadi pada bulan Maret 2020 di Kota Depok, Jawa Barat. Setelahnya, penyebaran COVID-19 terjadi secara cepat hingga dalam kurun waktu satu bulan, jumlah infeksi COVID19 mencapai lebih dari 1.500 kasus dengan jumlah kematian mencapai 139 orang. Hingga akhir bulan Maret 2021, jumlah konfirmasi kasus COVID-19 di Indonesia mencapai lebih dari 1,3 juta orang dengan jumlah kematian lebih dari 40 ribu orang (COVID-19.go.id, 2021). Dengan jumlah tersebut, menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara di Asia Tenggara dengan kasus positif COVID-19 terbanyak (WHO, 2020).

    Pandemi Covid-19 menjadi salah satu periode yang berat bagi semua negara yang mengalaminya, termasuh Indonesia. Pandemi tersebut tidak hanya memberikan dampak langsung dalam aspek kesehatan, melainkan aspek kehidupan lainnya, seperti aspek ekonomi dan sosial. Kebijakan pembatasan sosial dan karantina wilayah berpotensi membatasi masyarakat dalam melaksanakan aktivitas ekonomi, sehingga sirkulasi barang dan jasa menjadi terhambat. Kondisi tersebut terjadi dalam waktu yang cukup lama sehingga menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi di wilayah yang mengalami pandemi COVID-19 (Chaplyuk et al., 2021; McKibbin & Fernando, 2020). Penurunan pertumbuhan ekonomi tersebut akan diikuti dampak ekonomi lainnya seperti peningkatan tingkat pengangguran (Coibion et al., 2020). Dampak ekonomi akibat pandemi COVID-19 selanjutnya dapat memicu dampak di aspek yang lain seperti aspek sosial. Penduduk miskin merupakan salah satu kelompok yang paling rentan merasakan dampak Pandemi COVID-19 (Whitehead et al., 2021). Selain itu, Bank Dunia juga telah memprediksikan peningkatan jumlah penduduk miskin global selama masa pandemi.

    Pandemi COVID-19 

    COVID-19 bukan lah merupakan satusatunya pandemi yang terjadi sepanjang kehidupan manusia. Setidaknya tercatat 15 pandemi telah terjadi sebelum adanya COVID-19. Sejarah panjang pandemi bahkan sudah dimulai ratusan tahun sebelum masehi. Pandemi mulai muncul ketika manusia memutuskan untuk meninggalkan pola hidup nomaden dan memilih untuk menetap. Namun demikian, Pandemi COVID-19 merupakan salah satu pandemi terbesar dalam sejarah manusia berdasarkan cakupan penyebaran, jumlah kasus positif, dan jumlah kematian (Morens et al., 2020).

    COVID-19 disebabkan oleh virus SARSCov-2 yang merupakan salah satu anggota dari keluarga Virus Corona yang juga menyebabkan pandemi SARS dan MERS (Liu et al., 2020). Namun demikian, SARS-Cov-2 cenderung lebih menular dibandingkan SARS dan MERS (Sun et al., 2020). COVID-19 merupakan penyakit pernafasan dengan spektrum ringan hingga berat. Gejala umum COVID-19 adalah demam, batuk, nyeri tulang, dan sesak nafas (Li et al., 2020; Liu et al., 2020; Sun et al., 2020). Namun demikian, sebagian besar pasien dengan infeksi ringan melaporkan kehilangan indera perasa dan penciuman (Vaira et al., 2020). COVID-19 dengan gejala ringan ini lah yang membuat sebagian besar kasus positif COVID-19 tidak dilaporkan, sehingga kemungkinan angka aktual infeksi COVID-19 lebih tinggi (Noh & Danuser, 2021). Selain itu, tingkat penularan yang cukup tinggi juga menjadikan jumlah infeksi tanpa gejala yang tidak tercatat menjadi semakin besar (Satyakti, 2020; Singh & Chaubey, 2021).


Kecerdasan Digital, IQ dan EQ

    Perkembangan teknologi juga melatih kita menjadi manusia yang kritis terhadap informasi, dampak positif ini tak hanya berpengaruh terhadap orang dewasa, anak-anak pun mendapat pengaruh yang positif dari kemajuan teknologi dengan pengarahan dan pengawasan yang bijak dari orang dewasa. Teknologi mampu merangsang kemampuan anak untuk berpikir lebih kreatif dan kritis dan anak menjadi lebih pintar dalam memilih informasi, Kita sadar segala hal yang ada di dunia ini memiliki sisi positif dan negatifnya. Teknologi berpengaruh pada kehidupan sosial kita yang begitu kental terasa adalah lunturnya rasa solidaritas kebersamaan dan silaturahmi.

    Adanya teknologi membuat manusia menjadi makhluk yang individual sadar atau tidak kemajuan ini berdampak pula terhadap kepribadian kita, berbagai penelitian telah dilakukan tanpa pemakaian yang bijak terlalu lama berselancar di Internet yang membuat kita menjadi kecanduan terhadapnya, sulit berkonsentrasi, mudah lupa waktu tidur, menjadi kacau dan hancur terhadap lingkungan sekitar, kecerdasan berpikir seseorang menurun, terutama anak-anak bisa saja terganggu akibat teknologi tanpa adanya pengawasan dari orang dewasa. Biasanya anak-anak seringkali lupa waktu jika sudah bermain gadget karena mereka menemukan banyak sekali konten menarik dan teman di dunia maya yang asik diajak berbincang, sehingga mereka sering mengabaikan aktivitas di dunia nyata, kecerdasan berpikir kita juga akan sulit mengendalikan emosi, mudah gelisah, marah, depresi, kurangnya interaksi, kurang kepedulian antar sesama, dan kepekaan manusia yang berkurang terhadap lingkungan sosial, menjadi nilai minus dari penggunaan teknologi terhadap kecerdasan emosi kita.

    Berbeda dengan pengaruh teknologi yang ditimbulkan terhadap EQ (kecerdasan emosional) dan IQ (kecerdasan intelektual) manusia. penggunaan teknologi ternyata tidak terlalu berdampak negatif pada SQ (kecerdasan spiritual) kemampuan spiritual manusia, tidak mudah diubah oleh teknologi-teknologi dapat mengakses informasi yang menambah wawasan mendengar ceramah atau kajian online membaca artikel atau website seputar agama dan lain sebagainya. Kita sadar kita hidup di era yang serba digital, kita bergantung dengan teknologi begitupun teknologi yang semakin maju karena ilmu pengetahuan manusia. Sebagai manusia yang diberikan oleh Tuhan berupa akal sehat tentu kita perlu bijaksana dalam menggunakan teknologi tersebut, dan sudah seharusnya mampu  menjadi pengendali bagi diri kita sendiri agar tidak terlena dengan kemudahan yang diberikan teknologi.



         


Komentar

Postingan populer dari blog ini

UTS EKONOMI UANG & BANK

tugas inggris